Selasa, 05 Januari 2010 | |

Facial tak lagi monopoli wanita

Kini, pria tak lagi malu menunjukkan tubuh mereka. Jika kita bicara tentang iklan, saat ini tak hanya tubuh wanita apa saja yang digunakan untuk model, tapi tubuh lelaki juga. Di negara maju, kalau dulu pornografi hanya mengekspos wanita, kini model atau bintang porno lelaki mulai digemari. Misalnya, produksi dan penjualan kalender pria telanjang / setengah telanjang.

Mengapa itu bisa terjadi?
Ternyata kita sekarang sedang berada di suatu revolusi sosial. Jika dulu para pria merasa tabu memamerkan tubuh mereka, kini mulai bergeser. Fenomena ini sama dengan yang terjadi pada kaum perempuan sejak ratusan tahun lalu.

Sebagai model seksi
Dulu, model pria tampan dengan tubuh maskulin hanya muncul di iklan deodoran atau pisau cukur. Saat ini, industri yang memanfaatkan daya tarik mereka kian banyak. Contohnya Freddie Ljungberg, pemain bola nasional Swedia. Freddie menciptakan kehebohan saat berpose jadi model untuk pakaian dalam Calvin Klein.

Di negara maju, sudah banyak toko yang menjual aneka kalender yang menampakkan pria-pria seksi sebagai modelnya. Seorang agen yang mewakili para atlet rugby sekaligus model di Amerika Serikat, Catherine Battner, menyatakan ide awalnya muncul dari para olahragawan itu sendiri, di kamar ganti pakaian. Sekarang mereka sudah bergerak di industri tersebut lebih dari tujuh tahun dan telah menjual 200 ribu eksemplar tiap tahun. Pembelinya 98% wanita.

Ubah cara pandang
Fenomena ini tentu mengubah cara pandang wanita perkotaan terhadap pria modern. Dulu, pria telanjang hanya ada didalam novel romantis, tapi sekarang mereka muncul di majalah dan kalender. Para pria pun mau tak mau seakan ikut terpengaruh aksi eksibisionis ini : mereka mulai lebih rajin merawat diri dan mengolah tubuh agar terlihat seksi di mata publik.

Salah satu cara untuk menghadapi perubahan cara pandang terhadap sensualitas pria ini adalah dengan menganggap bahwa pria modern bukanlah ”pejuang yang kejam”. Mereka juga lembut dan mereka punya kelemahan-kelemahan sendiri. Saat ini, kalimat ”anak lelaki tak boleh menangis” (atau ”anak perempuan tak boleh nakal”) sudah tak lagi diucapkan oleh guru-guru di playgroup atau TK berkelas internasional, karena para pendidik sudah menyaadari bahwa pembedaan jender semacam itu tak ada relevansinya lagi.

Homo modernusspesles baru
Semua ini menunjukkan, budaya kita terutama yang hidup diperkotaan dan mudah mengakses informasi mulai bergeser. Spesies homosapiens seakan telah berevolusi menjadi homo modernus, yang kerajingan ke fitness center , menghabiskan banyak waktu dan uang merawat kecantikan (atau ketampanan?), mengikuti tren terbaru di dunia fesyen, dan sebagainya.

Ketika para wanita dan pria sama-sama rajin mengunjungi gym, ternyata pria diketahui lebih berdedikasi dari pada wanita. Perbandingannya adalah ada 24% pria yang secara teratur mengunjungi gym Club Med sebagai anggota, sementara wanitanya hanya 13%. Selain itu, selama beberapa tahun terakhir ini ada perubahan perilaku di dalam gym: pria tidak cenderung berlatih body building lagi. Mereka tak terlalu ingin berkompetisi, melainkan sekarang mereka lebih tertarik pada kesehatan dan penampilan, dan mereka ingin tubuh lebih sensual.

Pria dan salon kecantikan
Manikur, pemijatan, facial, dan mencukur bulu tubuh.... Semua itu bukan monopoli kaum wanita lagi. Saat ini, para pria juga sudah mulai terbiasa mengonsumsi aneka jasa perawatan tubuh dan kecantikan semacam itu. Diluar negeri, salon khusus lelaki sudah bertahun-tahun beroperasi dan bisnis mereka makin maju dengan semakin banyaknya klien. Selain itu, kegilaan selanjutnya adalah makin maraknya pemasaran produk-produk perawatan tubuh untuk pria.

Sumber : Wawasan

0 komentar: